Kisah kematian Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam yang sangat menyentuh hati. Sayyidina Ali, khalifah keempat dalam Khulafaur Rasyidin, dikenal sebagai seorang yang berilmu, pemberani, dan sangat dicintai Rasulullah ﷺ.
Peristiwa Penyerangan Sayyidina Ali
Sayyidina Ali wafat pada malam tanggal 19 Ramadan tahun 40 Hijriyah (661 M) setelah diserang oleh seorang Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam. Serangan itu terjadi di masjid Kufah saat Sayyidina Ali sedang bersiap menunaikan shalat Subuh.
Ketika Sayyidina Ali hendak mengimami shalat, Ibnu Muljam yang menyimpan dendam akibat perpecahan politik dalam umat Islam, menyelinap dan menebaskan pedangnya yang telah diracuni ke kepala Sayyidina Ali. Pedang tersebut melukai kepala beliau hingga robek.
Setelah serangan itu, Sayyidina Ali jatuh tersungkur, tetapi masih sempat mengucapkan kalimat:
“Fuztu wa rabbil ka’bah” (Artinya: “Demi Tuhan Ka’bah, aku telah menang”).
Sayyidina Ali dibawa ke rumahnya dalam keadaan kritis. Selama beberapa hari, para sahabat dan keluarganya berkumpul di sekitar beliau. Dalam detik-detik terakhir, Sayyidina Ali memberikan wasiat kepada putra-putranya, Hasan dan Husain, serta meminta mereka untuk menjaga persatuan umat Islam.
Kematian Sayyidina Ali dan Teriakan Jibril
Ketika Sayyidina Ali menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadan, diyakini bahwa langit dan bumi turut berduka. Riwayat menyebutkan bahwa pada saat itu terdengar suara dari langit, yang diyakini adalah suara Jibril, menyerukan:
“Demi Allah, tiang-tiang petunjuk telah runtuh. Bintang-bintang ilmu telah padam. Tali yang kokoh telah terputus. Putra paman Rasulullah telah wafat. Dunia telah kehilangan orang paling mulia dari kalangan mukminin.”
Suara ini menjadi simbol betapa besar rasa kehilangan umat Islam atas wafatnya Sayyidina Ali. Setelah wafatnya Sayyidina Ali, umat Islam diliputi duka yang dalam karena telah kehilangan salah satu tokoh besar Islam yang teguh dalam kebenaran dan keadilan.
Pemakaman Sayyidina Ali
Sayyidina Ali dimakamkan secara sederhana sesuai dengan wasiatnya, dan lokasi pasti makamnya dirahasiakan untuk menghindari penghinaan dari pihak yang bermusuhan. Saat ini, makamnya diyakini berada di Najaf, Irak, yang menjadi tempat ziarah bagi banyak umat Muslim.
Kisah ini mengandung banyak pelajaran tentang keberanian, keteguhan iman, dan ketulusan dalam menghadapi tantangan hidup. Sayyidina Ali adalah teladan sejati bagi umat Islam dalam menegakkan kebenaran dan keadilan hingga akhir hayatnya.