Prakiraan Cuaca Maluku Utara

Memuat data cuaca terkini...

Data real-time. Memuat waktu...

Tanjung Surga

09 Feb 2025 00:42 WIT

14874x Dilihat
Tanjung Surga

Proses Evakuasi Jurnalis Helmi/ Foto : Istimewa

Kapal dari Ternate. Menjelang pagi kalau sudah sampai goro-goro, sabatang, pulau kusu, penumpang kapal tujuan Babang sudah senyum-senyum lemas karena sebentar lagi kapal sudah mau tiba di Babang.

Tapi disitu arusnya lumayan, ombaknya juga agak bikin goyang karena berada di pertemuan dua pulau yaitu Pulau Halmahera dan daratan Pulau Bacan. Kalau kita sudah berada di koordinat itu, berarti kita sedang berada di Tanjung Neraka.

Dulu, saya pernah naik kapal, tapi sampai di selat itu, biasanya kapal mengurangi kecepatan sedikit demi sedikit, nahkoda terlihat mengambil haluan berbelok perlahan lahan lalu lurus ke arah Babang.

Waktu itu, saya tidak tau kapal. Usia saya mungkin sekitar 12 tahun saya agak takut. Lihat kanan kiri, ada beberapa penumpang uwek-uwek alias mabuk laut. Saya tidur goyang. Waduh.

Ternyata kita tidak perlu khawatir ombak. Karena kapal didesain untuk menghantam ombak, bukan untuk dilabuhkan. Jadi tidak perlu takut Neraka, lihatlah Surga.

Ada teknik manuver yang biasanya nahkoda kapal gunakan Kalau kata teman saya insiyur ahli perkapalan di perusahaan galangan ternama Indonesia, dia alumni di ITS Surabaya, dia bilang kapal itu punya teknologi.

Nama teknologinya hidrodinamika yaitu gaya yang bergerak didalam air. Jadi, kapal ini sangat bergantung pada air laut, sama dengan pesawat tapi bedanya pesawat bergantung pada udara. Jadi teknologi itu membuat kapal tetap stabil meskipun dalam kondisi unstabilitas.

BACA JUGA :  Allahu somad

Tapi disini, saya tidak akan bicara kapal, tapi saya bicara tentang Tanjung Neraka yang mendadak menjadi heboh di Maluku Utara.

Karena di wilayah itu. Tepatnya di pesisir desa sebatang, ditemukan sesosok jasad pria yang ternyata adalah Sahril Helmi. Statusternate mempostingnya lebih awal sebelum ramai tumpek-blek.

Kalau kita balik keblakang, insiden speedboat RIB 04 ini terjadi di perairan Tidore Kepulauan, tetapi jasadnya terbawa arus sampai ke pesisir tanjung neraka.

Saya meminta tim melakukan pengecekan cuaca perairan dijalur pencarian. BMKG memberi kabar bahwa dari 2 februari 2025 sampai 7 februari 2025. Arah angin disitu mengarah ke timur laut hingga barat laut (tidak menentu).

Kecepatan angin yang disampaikan BMKG 40km/jam dengan tinggi gelombang maks rata-rata 1.25 meter.

Berarti Jasad Jurnalis Helmi ini kemungkinan sempat terombang ambing antara ke barat atau ke timur (kesana-kemari) selama berjam-jam dan berada di kedalaman ukuran tertentu, lalu sejauh kurang lebih 100km menuju ke arah pesisir desa sebatang Tanjung Neraka. ” Ya, ini hanya perkiraan saja”

Kalau kita lihat dari gambar dan video, kemungkinan Jurnalis Helmi ini berusaha menyelamatkan diri, dengan membuka celana. Karena yang terlihat adalah celana dalam, baju hitam sudah tergulung, kaos kaki, kondisi badan utuh putih menggilap.

Tetapi di video yang ramai di share warga, disitu saya kok tidak melihat Jurnalis Helmi menggunakan life jacket, yang seharusnya digunakan pada proses rescue.

BACA JUGA :  Gubernur Tjoanda

Saya jadi penasaran. Apakah proses standart prosedural dalam kegiatan SAR sudah diikuti betul oleh tim petugas? pengecekan kelengkapan hingga armada. Ini yang masih rancu. Baik, tapi kita tidak usah bicara terlalu jauh pasti mereka ada alasan tersendiri.

Nah, kemudian, kalau kita melihat proses pencarian Jurnalis Helmi ini. Apakah dalam Pencarian korban sudah terukur? dengan mengukur kecepatan arus, angin dan menggunakan sonar deteksi untuk menemukan dan mengidentifikasi objek di dalam air.

Karena kalau mereka masih mencari disekitar koordinat insiden ya susah, ini laut bukan darat pasti akan berpindah. Sebenarnya banyak pertanyaan-pertanyaan yang sampai detail untuk ditanyakan. Tapi ya sudahlah, biar masyarakat lah yang bertanya.

Dengan ditemukannya jasad Jurnalis Helmi maka operasi SAR terhadap korban speedboat RIB 04 telah berakhir dan Jurnalis Helmi menjadi Korban ke 4 yang meninggal dunia. Selanjutnya Institusinya yang harus evaluasi penuh. Dan Tanjung Neraka kalau bisa diganti saja dengan Tanjung Surga, karena Jurnalis Helmi ini pulang dengan keadaan berjihad, yang mana pintu surga akan terbuka untuknya. Desa itu dan warga Maluku Utara pun, insya allah kelak masuk Surga.

Selamat Jalan Jurnalis Kemanusiaan

Jika anda menyukai atau punya pertanyaan, silahkan ajukan di kolom komentar. Anda juga bisa membaca serial ngopi santai lainnya

Tags:

Berita Terkait

Gubernur Tjoanda

06 Feb 2025

Allahu somad

06 Feb 2025

Kacamata Walikota

05 Feb 2025

Nasi Padang

03 Feb 2025

Bukan Bekingan Bos

01 Feb 2025

Keluarga Sultan

31 Jan 2025

Bagikan: