Statusternate.com – Warga Jayapura, Papua, ramai-ramai mengungsi ke tempat tinggi setelah gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,2 menerjang kawasan pantai utara ibu kota pada Selasa (3/1) malam.
Para warga mengungsi karena khawatir terjadi tsunami pascagempa di Jayapura menyusul isu air laut sempat surut usai terjadi gempa.
Padahal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tidak mengeluarkan peringatan ancaman gelombang tsunami dalam pemberitahuan gempa bumi tersebut.
“Jadi mereka itu tinggal di pinggir laut, melihat air surut membuat mereka berpikir akan terjadi tsunami dan gempa susulan yang sering terjadi membuat mereka memilih mengungsi,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura Asep Khalid, Selasa.
Kompleks Warga di kosongkan

Warga yang kebanyakan mengungsi adalah mereka yang menetap di Dok VII dan Dok VIII, Distrik Jayapura Utara. Mereka memilih mengungsi di Lapangan Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Papua dan Kantor Dinas Tenaga Kerja Provinsi Papua.
Tak lama setelah gempa terjadi, air laut di Pantai Jayapura memang dilaporkan surut. Dalam video yang beredar di media sosial, tampak suasana Pantai Hotlekamp pada Selasa malam.
Seseorang dalam video mengatakan air laut telah surut sambil menyorot kondisi pantai dengan cahaya senter.
“Situasi air surut sekitar 50 meter turunnya,” demikian penjelasan dalam video beredar
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok II Jayapura Heri Purnomo mengatakan kondisi air laut memang sedang surut, namun warga diminta tidak panik.
“Kondisi pola pasang surut air laut di kota Jayapura saat ini sedang menuju surut dengan puncak surut pada jam 22.00 WIT dengan ketinggian surut mencapai 0.2 meter,” demikian keterangan Heri.
“Kami harapkan kepada masyarakat untuk tidak panik dan terus waspada serta mengupdate informasi terbaru dari BMKG,” katanya.